werkudara

werkudara
werkudara

Kamis, 28 Januari 2010

Cerita Wayang

Bale Sigologolo
Upaya Kurawa  melenyapkan Pandawa tidak pernah berhenti. Untuk melaksanakan niat mereka kali ini, didirikanlah sebuah  bangunan pertemuan, yang bahannya terbuat dari kayu yang mudah terbakar.

Pembuatan Bale Sigologolo ini, diperkirakan tidak akan memakan waktu  lama,  paling beberapa hari saja sudah selesai. Pembuatan Bale Sigologlo, telah dicurigai oleh  Yama Widura, paman Pandawa dan Kurawa. Yama Widura berbudi baik, ia selalu membela kebenaran. Yama Widura sudah menduga bahwa Balai Sigologolo akan dijadikan tempat pembantaian bagi para Pandawa.

Untuk menggagalkan rencana tersebut, Yama Widura telah menyelundupkan beberapa prajuritnya untuk ikut membangun Bale Sigologolo.

Dimalam hari mereka menyelinap dan bersembunyi di kegelapan malam sehingga tidak diketahui oleh orang orangnya Patih Sengkuni. Yama Widura kenal betul dengan tanah tempat didirikannya Bale Sigologolo. Tanah itu dekat sekali dengan goa dibawah tanah menuju tempat Sanghyang Antaboga berada. Sanghyang Antaboga bertahta diistana bawah tanah bernama Saptapratala.

Untuk mengejar waktu, maka dibuatlah  terowongan dari Bale Sigologolo ketempat paling dekat dengan Goa Saptapratala yaitu membuat jalan tembus dibawah tanah, mulai Bale Sigologolo sampai ke goa Saptapratala. Pekerjaan itu tidak akan membutuhkan waktu terlalu lama.Karena panjang terowongan itu  tidak terlalu panjang. dari Bale Sigologolo.ke Goa Saptapertala. Para Perajurit Paman Yama Widura segera melaksanakan tugas rahasia. Dalam tempo semalam pekerjaan itupun selesai. Permukaan lubang di permukaan  terowongan menuju goa Saptapratala, di tutup dengan jeruji besi. Kemudian ditimbun dengan tanah, sehingga tidak membuat curiga orang orang nya Patih Sengkuni.

Setelah pekerjaan bangunan Bale Sigologolo selesai, Para Kurawa menyiapkan  perhelatan. Ada yang menggelar permadani, ada yang menyiapkan makanan dan minuman, ada pula yang menata panggung untuk pertunjukan tari tarian, dan juga disiapkan beberapa tempat tidur untuk istirahat Para Pandawa. 

Setelah semuanya siap, Pandawa diundang menghadiri pesta di Bale Sigologolo, Para Pandawa dan Ibu Kunti duduk santai diatas permadani. Suasana menyenangkan. Suyudana dan adik adiknya begitu sangat ramah, mereka mempersilakan semua makanan dan minuman yang sudah disediakan.

Rupanya mereka beramah tamah, karena ada maunya. Supaya Para Pandawa mau disuguhkan makanan dan minuman yang sudah dicampuri sesuatu yang bisa memabukkan. Ibu Kunti, Punta Dewa, Arjuna, Pinten dan Tangsen merasa pusing, kemudian tak sadarkan diri. Sedangkan Bima yang sejak awal mempunyai rasa curiga,ia tidak makan apapun.

Tanpa sepengetahuan Para Pandawa maupun Kurawa,, ternyata ada seorang Ibu-ibu dengan anaknya lima orang laki laki, yang sangat kelaparan, telah memasuki sebuah bilik makan. Mereka makan dengan lahapnya.

Setelah diperkirakan Ibu Kunti dan Para Pandawa sudah mabuk, maka para Kurawa segera keluar dari Bale Sigologolo. Bale Sigologolo disiram dengan minyak bumi, dan kemudian disulutnya dengan api, yang banyak tersedia sebagai oncor penerang Bale Sigologolo. Bima mencium bau minyak bumi, setelah itu mencium pula bau kayu terbakar. Bima menjadi gugup ketika melihat Ibu Kunti dan saudara saudaranya belum juga sadar dari pingsannya.

Bima memohon kepada Dewata agar diberikan keselamatan pada keluarga Pandawa, dijauhkan dari bahaya api yang telah mengepungnya. Para Kurawa melemparkan oncor oncor itu, baik didinding sekeliling, di atap dan di bilik blik. Suara api meletup letup, memekak kan telinga dan asapnya mengganggu pandangan mata Bima. Bima juga merasakan kesulitan untuk bernapas, mata menjadi pedih karena asap.

Dewata memberikan pertolongan. Bima me  lihat Seekor rase yang lari dihadapannya, kearah sudut bangunan Bale Sigolo golo. Bagi Bima suatu isyarat dewa untuk menyelamatkan Pandawa.Tanpa berpikir panjang lagi, maka Bima langsung   segera menggendong seluruh keluarganya, dan mengikuti seekor rase yang lari dari kobaran api. Rase tersebut menuju suatu lobang kecil di sudut bangunan Bale Sigologolo. Bima membongkar tanah tempat rase menghilang, ternyata ada terowongan bawah tanah yang tertutup kerangka besi, Bima menyingkirkan tutup terowongan, kemudian  Bima dengan hati hati menggendong  Ibu dan saudara saudaranya,turun kedalam terowongan, sehingga mereka semua terhindar dari kobaran api. Terowongan itu  dibuat oleh Yama Widura, guna menyelamatkan Para Pandawa.  Setelah jauh meninggalkan Bale Sigologolo lewat bawah tanah, Bima masih dengan menggendong ibu dan saudara saudaranya berjalan dalam terowongan menuju jalan tembus  goa tempat tinggal Sanghyang Antaboga. Akhirnya Bima sampai dihadapan Sanghyang Antaboga. Sanghyang Antaboga mengobati Ibu Kunti dan Pandawa yang membutuhkan pertolongan. Setelah mendapat perawatan secukupnya  merekapun siuman kembali.

Sementara itu Bima terpesona dengan kecantikan puteri Sanghyang Antaboga yang bernama Dewi Nagagini.  Keduanya saling mencintai, akhirnya atas persetujuan Ibu Kunti, Bima memperistri Dewi Nagagini. Sebelumnya Bima telah beristri Dewi Urangayu anak Bethara Baruna, saat Bima mendapat tugas Pandita Durna, untuk mencari sarang angin didalam Samudera, yang akhirnya mempertemukannya dengan Dewa Ruci.

Setelah hari ketujuh melangsungkan ritual perkawinan  Bima dan Dewi Nagagini,  Ibu Kunti dan para Pandawa, termasuk Werkudara pun berpamitan kepada Sanghyang Antaboga dan Dewi Nagagini.

Setelah keluar dari Goa Kerajaan Sapta pertala, mereka  meneruskan perjalanan. Sete lah berjalan sekian lama, Ibu Kunti dan Para Pandawa sampailah di desa Ekacakra, Desa Ekacakra adalah sebuah desa yag letaknya diperbatasan Kerajaan Gilingwesi dan Astinapura. Desa Ekacakra termasuk wilayah Kerajaan Gilingwesi. Desa Ekacakra  kelihatan tidak ada tanda tanda kehidupan. Desa Ekacakra hampir hampir tidak ada penghuninya.

Para Pandawa mencari tahu, apa sebe narnya yang telah terjadi di desa ini.  Akhirnya mereka menemukan Begawan Wijrapa yang sedang menangisi nasibnya. Ia mendapat giliran untuk menyediakan seorang manusia untuk makanan raja. Setiap hari penduduk dimintai jatah hidangan daging manusia yang masih hidup secara bergiliran, Hal tersebut berlangsung tiap hari,sampai hampir hampir habis penghuninya. Sedang keluarga Begawan Wijrapa tinggal dirinya yang masih hidup. Sedangkan istri dan anak anaknya habis untuk makanan Prabu Baka Raja Gilingwesi. Mendengar itu,  Bima meminta kepada Begawan Wijrapa untuk mengantarkannya sebagai hidangan makanan Prabu Baka. Semula Begawan Wijrapa, menolaknya, namun ketika Bima, melakukan itu karena berniat akan membebaskan penduduk dari kekejaman Prabu Baka, maka Begawan Wijrapa pun sanggup mengantarkannya. Setelah dilumuri bumbu, dibawalah Bima dengan gerobag yang ditarik oleh serakit sapi yang cukup gemuk.  Sesampai di Istana Gilingwesi, Bima dimasukkan dalam baki besar dan disiapkan di meja makan. Sedangkan sapi yang menarik gerobag sudah habis dimakan Prabu Baka.Prabu Baka kemudian  menyantap Bima. Bima langsung digigitnya. Bima merasa kesakitan. Bima lalu memukul wajah Prabu Baka berkali kali,Prabu Baka terkejut melihat makanannya mengajak berkelahi. Dalam perkelahian ini Prabu Baka tewas. Dengan tewasnya Prabu Baka,Penduduk Ekacakra merasa senang, karena sekarang sudah terbebas dari  kejahatan Prabu Baka. Ibu Kunti dan Para Pandawa berpamitan dengan warga penduduk desa Ekacakra yang tersisa, untuk melanjutkan perjalanan kembali ke Astina.

Perjalanan Ibu Kunti dan Pandawa ke Astina diantar Begawan Wijrapa.Setelah beberapa hari diperjalanan, Dewi Kunti dan Pandawa lima sampailah  di Astina, dan menghadap Eyang Bisma,**

Selesai